Konflik Palestina –
Israel menurut sejarah sudah 31 tahun ketika pada tahun 1967 Israel
menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan
Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan
Yerussalem (Yordania).. Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari
harapan. Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan
Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di
Palestina sendiri. Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus
upaya membuka pemahaman kita mengenai latar belakang sejarah sebab
terjadinya konflik ini.
2000 SM – 1500 SM
Istri
Nabi Ibrahim A.s., Siti Hajar mempunyai anak Nabi Ismail A.s. (bapaknya
bangsa Arab) dan Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishak A.s. yang
kemudian mempunyai anak Nabi Ya’qub A.s. alias Israel (Israil, Qur’an).
Anak keturunannya disebut Bani Israel sebanyak 7 (tujuh) orang. Salah
satunya bernama Nabi Yusuf A.s. yang ketika kecil dibuang oleh
saudara-saudaranya yang dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya
ke tanah Mesir dan kemudian dia menjadi bendahara kerajaan Mesir.
Ketika masa paceklik, Nabi Ya’qub A.s. beserta saudara-saudara Yusuf
bermigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel (Nabi Ya’qub A.s.)
membesar.
1550 SM – 1200 SM
Politik di
Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi negara
Mesir. Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli
Mesir dan menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa Israel
diturunkan statusnya menjadi budak.
1200 SM – 1100 SM
Nabi
Musa A.s. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di
gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada
Allah Swt – dikenal dengan cerita Nabi Musa A.s. membelah laut ketika
bersama dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir
menyeberangi Laut Merah. Namun saat mereka diperintah untuk memasuki
tanah Filistin (Palestina), mereka membandel dan berkata: “Hai, Musa,
kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada
orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama
Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya
duduk menanti di sini saja.” (QS 5:24)
Akibatnya mereka dikutuk
oleh Allah Swt dan hanya berputar-putar saja di sekitar Palestina.
Belakangan agama yang dibawa Nabi Musa A.s. disebut Yahudi – menurut
salah satu marga dari bangsa Israel yang paling banyak keturunannya,
yakni Yehuda, dan akhirnya bangsa Israil – tanpa memandang warga negara
atau tanah airnya – disebut juga orang-orang Yahudi.
1000 SM – 922 SM
Nabi
Daud A.s. (anak Nabi Musa A.s.) mengalahkan Goliath (Jalut, Qur’an)
dari Filistin. Palestina berhasil direbut dan Daud dijadikan raja.
Wilayah kerajaannya membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai Efrat
di Iraq. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel
Raya seperti yang dipimpin raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis
biru (sungai Nil dan Eufrat) dan Bintang Daud. Kepemimpinan Daud A.s.
diteruskan oleh anaknya Nabi Sulaiman A.s. dan Masjidil Aqsa pun
dibangun.
922 SM – 800 SM
Sepeninggal
Sulaiman A.s., Israel dilanda perang saudara yang berlarut-larut,
hingga akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian Utara
bernama Israel beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda beribukota
Yerusalem.
800 SM – 600 SM
Karena kerajaan
Israel sudah terlalu durhaka kepada Allah Swt maka kerajaan tersebut
dihancurkan oleh Allah Swt melalui penyerangan kerajaan Asyiria.
“Sesungguhnya
Kami telah mengambil kembali perjanjian dari Bani Israil, dan telah
Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul
kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka,
maka sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh.” (QS
5:70)
Hal ini juga bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab Raja-raja ke-1 14:15 dan Kitab Raja-raja ke-2 17:18.
600 SM – 500 SM
Kerajaan
Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam
Injil Kitab Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak
mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan
dipenjara di Babylonia.
500 SM – 400 SM
Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel kembali ke Yerusalem.
330 SM – 322 SM
Israel
diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan
hellenisasi terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi
bahasa resmi Israel, sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa
Yunani dan bukan dalam bahasa Ibrani.
300 SM – 190 SM
Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi.
1 – 100 M
Nabi
Isa A.s. / Yesus lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan melawan
penguasa Romawi. Namun selain dianggap subversi oleh penguasa Romawi
(dengan ancaman hukuman tertinggi yakni dihukum mati di kayu salib),
ajaran Yesus sendiri ditolak oleh para Rabbi Yahudi. Namun setelah Isa
tiada, bangsa Yahudi memberontak terhadap Romawi.
100 – 300
Pemberontakan
berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area bebas
Yahudi. Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala
penjuru imperium Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil
pemeluk Yahudi yang tetap bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam
kemudian, serta dipakainya bahasa Arab di dalam kehidupan sehari-hari,
mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam.
313
Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara.
500 – 600
Nabi
Muhammad Saw lahir di tahun 571 M. Bangsa Yahudi merembes ke
semenanjung Arabia (di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah),
kemudian berimigrasi dalam jumlah besar ke daerah tersebut ketika
terjadi perang antara Romawi dengan Persia.
621
Nabi
Muhammad Saw melakukan perjalanan ruhani Isra’ dari masjidil Haram di
Makkah ke masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan perjalana Mi’raj ke
Sidrathul Muntaha (langit lapis ke-7). Rasulullah menetapkan Yerusalem
sebagai kota suci ke-3 ummat Islam, dimana sholat di masjidil Aqsa
dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil Haram
di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi
kiblat umat Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah di masjidil Haram,
Makkah.
622
Hijrah Nabi Muhammad
Saw ke Madinah dan pendirian negara Islam – yang selanjutnya disebut
khilafah. Nabi mengadakan perjanjian dengan bangsa Yahudi yang menjadi
penduduk Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.
626
Pengkhianatan
Yahudi dalam perang Ahzab (perang parit) dan berarti melanggar
Perjanjian Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab Taurat mereka
sendiri, mereka harus menerima hukuman dibunuh atau diusir.
638
Di
bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra. Seluruh Palestina
dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk
Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan
khilafah. Kebebasan beragama dijamin sepenuhnya.
700 – 1000
Wilayah
Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di dalamnya,
bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama. Ada
beberapa ilmuwan terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya adalah orang
Yahudi.
1076
Yerusalem dikepung
oleh tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik (sekte
Drusiah yang mengaku Islam tetapi ajarannya sesat), pada tahun 1099 M
tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja
Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187 M sampai Salahuddin
Al-Ayyubi membebaskannya dan setelah itu ummat Islam yang terlena
sufisme yang sesat bisa dibangkitkan kembali.
1453
Setelah
melalui proses reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah
yang tercerai berai setelah hancurnya Baghdad oleh tentara Mongol (1258
M), khilafah Utsmaniah dibawah Muhammad Fatih menaklukan Konstatinopel,
dan mewujudkan nubuwwah Rasulullah.
1492
Andalusia
sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas
suatu saat umat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi pembunuhan,
pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma diarahkan pada
Muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah
Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan Carlos dari
Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas
holocaust (pemusnahan etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak
permintaan maaf kepada umat Islam).
1500 – 1700
Kebangkitan
pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan agama / gereja
dengan negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan
teknologi moderen di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka
mencari jalur perdagangan alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui
daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh semangat
kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel. Gold
berarti mencari kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari
kemasyuran di atas bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan
agama Kristen ke penjuru dunia.
1529
Tentara
khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme/imperialisme serta
membalas reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina,
namun gagal. Tahun 1683 M kepungan diulang, dan gagal lagi. Kegagalan
ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada jumlah dan
perlengkapannya.
“… yaitu ketika kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat
kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu,
kemudian kamu lari ke belakang dan bercerai-berai.” (QS 9:25).
1798
Napoleon
berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan
Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah
Khilafah.
1831
Untuk mendukung
strategi “devide et impera” Perancis mendukung gerakan nasionalisme
Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah
mulai lemah dirongrong oleh semangat nasionalisme yang menular begitu
cepat di tanah Arab.
1835
Sekelompok
Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi
pertama di sana. Sponsornya adalah milyuder Yahudi di Inggris, Sir
Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya
sekolah berkurikulum asing di wilayah Khilafah.
1838
Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.
1849
Kampanye
mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah
Yahudi di Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948
jumlahnya menjadi 716.700 dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.
1882
Imigrasi
besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati
dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.
1891
Para
penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya
imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu
khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at Bosporus).
Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat
terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur
kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina! Sayang, sebelum
selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung)
yang telah dipegaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur
kereta tersebut dihancurkan.
1897
Theodore
Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres
I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat
beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara
berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah
air bagi umat Yahudi – walaupun secara rahasia – pada “tanah yang
bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah
protektorat Uganda atau di Amerika Latin ! Di kongres itu, Herzl
menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan”
atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini
mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di
tangan umat Yahudi sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50
tahun akan ada negara Yahudi !” Apa yang direncanakan Herzl menjadi
kenyataan pada tahun 1948.
1916
Perjanjian
rahasia Sykes – Picot oleh sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat
saat meletusnya Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah
Arab dan Khalifah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD I
berakhir dengan kemenangan sekutu, Inggris mendapat kontrol atas
Palestina. Di PD I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan Sekutu untuk
tujuan mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih
besar).
1917
Menlu Inggris
keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour
memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris
akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu
pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa
(cikal bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk menguasai
Palestina.
1938
Nazi Jerman
menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi
kekalahan mereka pada PD I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman.
Maka mereka perlu “penyelesaian terakhir” (endivsung). Ratusan ribu
keturunan Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri
(terutama ke AS). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang
berbeda politik dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah PD II
Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya karena menguasai banyak surat
kabar atau kantor-kantor berita di dunia.
1944
Partai
buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik
“membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka
ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi
Arab dari sana.” Kondisi Palestina pun memanas.
1947
PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel.
1948, 14 Mei.
Sehari
sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi
memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan agresi
bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, hingga jutaan
dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dan
lain-lain. Palestina Refugees menjadi tema dunia. Namun mereka menolak
eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan areal yang
semula kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dan
negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab
sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris – lihat Imperialisme Perancis
dan Inggris di tanah Arab sejak tahun 1798 – maka Israel mudah merebut
daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan PBB.
1948, 2 Desember
Protes
keras Liga Arab atas tindakan AS dan sekutunya berupa dorongan dan
fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada
waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Banna mengirim
10.000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan
karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup
dari Mesir takut bahwa di dalam negeri IM bisa melakukan kudeta,
akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara atau dihukum mati.
1956, 29 Oktober
Israel
dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan
Suez. Pada kurun waktu ini, militer di Yordania menawarkan baiat ke
Hizbut Tahrir (salah satu harakah Islam) untuk mendirikan kembali
Khilafah. Namun Hizbut Tahrir menolak, karena melihat rakyat belum siap.
1964
Para
pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation Organization). Dengan
ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa
Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam. Masalah
Palestina direduksi menjadi persoalan nasional bangsa Palestina.
1967
Israel
menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih
pencegahan, Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir),
dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania).
Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena
dibantu informasi dari CIA (Central Intelligence Agency = Badan
Intelijen Pusat milik USA). Sementara itu angkatan udara Mesir ragu
membalas serangan Israel, karena Menteri Pertahanan Mesir ikut terbang
dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan selama dia ada di
udara.
1967, Nopember
Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk perintah penarikan
mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6 hari,
pengakuan semua negara di kawasan itu, dan penyelesaian secara adil
masalah pengungsi Palestina.
1969
Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif PLO dengan markas di Yordania.
1970
Berbagai
pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina
membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan.
Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari AS, maka akhirnya Raja
Husein mengusir markas PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke
Libanon.
1973, 6 Oktober
Mesir dan
Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada
hari puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang
Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba
dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi,
karena dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan
dengan AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak.
Akibatnya harga minyak melonjak pesat.
1973, 22 Oktober
Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk gencatan senjata,
pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.
1977
Pertimbangan
ekonomi (perang telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi
ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian,
jika Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa
dikhianati. Karena langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat
dibunuh pada tahun 1982.
1978, September
Mesir
dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai AS.
Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di
wilayah-wilayah pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel Menachem Begin
dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. namun Israel tetap menolak
perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi
versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi
versi lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib
memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang tidak
menguntungkan pihak Israel.
1980
Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerussalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.
1982
Israel
menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra
dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak
berhasil dibawa ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto dari AS.
Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman
atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis.
1987
Intifadhah,
perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di
daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini
diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya
dengan pendidikan dan sosial.
1988, 15 Nopember
Diumumkan
berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan
bentuk negara Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur
sebagai ibukota negara dengan Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat.
Setelah
Yasser Arafat mangkat kursi presiden diduduki oleh Mahmud Abbas. Dewan
Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina
beranggotakan 500 orang.
1988, Desember
AS
membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak
langsung mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi
PBB Nomor 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di
pengasingan di Tunis.
1991, Maret
Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”.
1993, September
PLO – Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” (tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian.
Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.
Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut.
1995
Rabin dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom “bunuh diri”. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang tidak adil itu. Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai).”
1996
Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina, agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu/menciptakan kontelasi baru (pemukiman Yahudi di daerah pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat perjanjian baru.
AS tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara Arab untuk “mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba “aktif” menjadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela kalau AS “jalan sendiri” tanpa bicara dengan Eropa.
2002 - Sampai sekarang
Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 "reservasi". Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh "kehadiran sipil dan militer yang permanen" di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan "mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza." Pemerintah Israel berpendapat bahwa "akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan," sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel "akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini"
Di hari kemenangan Partai Kadima pada pemilu tanggal 28 Maret 2006 di Israel, Ehud Olmert – yang kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri Israel menggantikan Ariel Sharon yang berhalangan tetap karena sakit – berpidato. Dalam pidato kemenangan partainya, Olmert berjanji untuk menjadikan Israel negara yang adil, kuat, damai, dan makmur, menghargai hak-hak kaum minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan serta terutama sekali berjuang untuk mencapai perdamaian yang kekal dan pasti dengan bangsa Palestina. Olmert menyatakan bahwa sebagaimana Israel bersedia berkompromi untuk perdamaian, ia mengharapkan bangsa Palestina pun harus fleksibel dengan posisi mereka. Ia menyatakan bahwa bila Otoritas Palestina, yang kini dipimpin Hamas, menolak mengakui Negara Israel, maka Israel "akan menentukan nasibnya di tangannya sendiri" dan secara langsung menyiratkan aksi sepihak. Masa depan pemerintahan koalisi ini sebagian besar tergantung pada niat baik partai-partai lain untuk bekerja sama dengan perdana menteri yang baru terpilih.
Sementara itu sebelum terjadinya serangan habis-habisan Israel ke Gaza (27/12/2008), sudah terjadi serangan-serangan kecil di antara kedua belah pihak di sekitar Jalur Gaza, disebabkan Israel menutup tempat-tempat penyeberangan atau jalur komersial ke Gaza sehingga pasokan bahan bakar minyak terhenti, yang memaksa satu-satunya pusat pembangkit listrik di Jalur Gaza tutup.
Sebagai catatan akhir, Perdana Menteri Israel setelah Benjamin Netanyahu berturut-turut adalah Ehud Barak, Ariel Sharon, dan yang masih berkuasa di Israel dalam penyerangan di Gaza sekarang adalah Ehud Olmert. Sedangkan 4 faksi utama di Palestina adalah PLO, Al-Fatah, Jihad Islam Palestina (JIP), dan yang berkuasa sekarang di Palestina adalah Hamas dengan Perdana Menterinya Ismail Haniya. Dan gambar peta yang menggambarkan hilangnya tanah Palestina yang dicaplok oleh Israel sejak tahun 1946 sampai dengan tahun 2000. Lihat posisi Gaza yang terjepit di daerah kekuasaan Israel.
0 komentar:
Posting Komentar